Senin, 24 September 2018

RPP Kelas V Kurikulum 2013

RPP Kelas V Kurikulum 2013

TEMA 5 SUBTEMA 1
RPP Kelas V tema 5 Subtema 1 PB 1 Download
RPP Kelas V tema 5 Subtema 1 PB 5 Download
RPP Kelas V tema 5 Subtema 1 PB 6 Download

Dolanan Tradisional (Pendidikan Multikultural)

“BENTENGAN”
Nama Lain : Jek-jekan Jumlah pemain : 2 tim, masing-masing tim terdiri dari minimal 3 anak Tempat : lapangan atau halaman terbuka yang terdapat pohon, kayu atau tiangdenganjarak sekitar 10 meter dari tiang satu ke tiang yang lain.
Pertama-tama harus dibuat 2 tim, tiap tim memilih salah satu tiang/pohon sebagai benteng atau markasnya. Inti permainan ini adalah untuk menyerang dan merebut benteng milik lawan dengan cara menyentuh benteng lawan dan meneriakkan kata BENTENG...!!!
Ayo Mulai!
Setiap pemain berfungsi sebagai pemancing atau yang dikejar bahkan pengejar. Kalau pemain lawan lebih dulu meninggalkan benteng, maka pemain lawan tersebut dapat dikejar, dan ketika kita mengejar tim lawan, kita juga akan dikejar tim lawan, jadi kejar-kejran terus sampai ketangkap. Yang paling kuat adalah yang paling akhir menyentuh benteng. Kalau lawan kita tertangkap atau keluar dari lapangan permainan, maka dia akan menjadi tawanan kita.
Cara menangkap lawan:
Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ‘penawan’ dan yang ‘tertawan’ ditentukan dari waktu terakhir saat si ‘penawan’ atau ‘tertawan’ menyentuh ‘benteng’ mereka masing – masing. Orang yang paling dekat waktunya ketika menyentuh benteng berhak menjadi ‘penawan’ dan bisa mengejar dan menyentuh anggota lawan untuk menjadikannya tawanan. Cukup dengan menyentuh bagian tubuh lawan dengan tangan terbuka. Bagian tubuh termasuk pakaian. Tawanan ditempatkan di sekitar benteng musuh dan tidak boleh pergi kemana-mana.
Membebaskan tawanan:
Tawanan dapat bebas kembali apabila teman satu tim kamu yang belum tertangkap menyentuh bagian tubuh temanmu. Kalau lebih dari satu orang, semuanya dapat dibebaskan dengan cara menyentuh salah seorang dari tawanan, dengan syarat tawanan tersebut dalam keadaan berpegangan atau bergandengan, dan secepat mungkin harus berlari dari benteng musuh.
Menguasai benteng:
Benteng salah satu tim dinyatakan dikuasai jika salah seorang pemain lebih dulu menyentuh tiang benteng lawan tanpa tertangkap. Tim yang dapat menguasai benteng lawan mendapat nilai 1. Tim yang berhasil menguasai benteng lawan, memulai permainan lagi dengan berperan sebagai pemancing, artinya tim itu berlari lebih dulu kemudian tim lawan mengejarnya. Setiap kelompok harus bisa mempertahankan bentengnya masing-masing.
Eits,, jangan ya...!
Kamu tidak boleh menangkap lawan dengan tangan mengepal atau memukul. Juga tidak boleh mendorong atau menjatuhkan lawan dengan sengaja. Kita hanya boleh menyentuh, dan tidak boleh menyakiti lawan kita, karena ini hanyalah sebuah permainan untuk melatih kekompakan.
Horee menaaang...!
Kamu dinyatakan sebagai pemenang jika mendapat nilai tertinggi dengan menguasai benteng lawan paling banyak. Jika di akhir permainan nilai kedua tim sama, maka penentuan pemenang berdasarkan jumlah tawanan yang berhasil ditangkap. Tim yang paling banyak menangkap lawan dinyatakan sebagai pemenang, dan yang sedikit di nyatakan kalah. Asyik khan...??? Nah, secara tidak langsung kita banyak belajar dari permainan ini seperti melatih kecepatan, strategi dan kerja sama dengan teman-teman.
Nilai-nilai multikultural yang terkandung dalam permainan ini antara lain :
• Kekompakan, yaitu kekompakan dengan teman-teman kita dalam mengatur strategi bagaimana caranya merebut benteng lawan.
• Kesetiakawanan, yaitu membantu teman kita yang sedang kesulitan, artinya menolong teman kita yang yang tertawan agar bebas dari tawanan lawan.
• Kerja sama dalam kelompok, artinya saling membantu agar bisa merebut benteng lawan.
• Kebersamaan dengan teman-teman, artinya disini anak bukan menjadi orang yang individualis, tetapi bergaul dan terbuka dengan teman-teman sebaya yang lain.
• Rasa ambisius kita untuk mendapatkan suatu hal yang kita inginkan tanpa putus asa dan selalu semangat, yaitu merebut benteng lawan.
• Mempertahankan sesuatu yang menjadi hak kita, artinya berusaha semaksimal mungkin untuk memprtahankan benteng kita agar tidak direbut oleh lawan.

Minggu, 23 September 2018

Tradisi Meron di Sukolilo Pati

Salah satu meron yang di arak

Pengantar 

Meron adalah tradisi memperingati kelahiran nabi Muhammad juga berlangsung di kecamatan Sukolilo, 27 km arah selatan Pati.. Upacara ini ditandai dengan arak-arakan nasi tumpeng yang menurut masyarakat setempat disebut Meron. Nasi tumpeng tersebut dibawa ke masjid Sukolilo sebagai kelengkapan upacara selamatan. Prosesi Meron tersebut diikuti oleh aneka ragam kesenian tradisional setempat. Setelah upacara selamatan selesai, nasi Meron kemudian dibagikan kepada seluruh pengunjung.

Pembahasan 

Jalanan sepanjang satu kilometer yang membelah Pegunungan Kendeng Utara di Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (17/2), penuh sesak orang. Mereka mengerumuni arak-arakan 14 meron atau gunungan yang menyerupai tombak yang ujungnya terdapat lingkaran berisi ayam jago atau masjid. Gunungan itu sangat khas, karena terbagi menjadi tiga bagian. Bagian teratas adalah mustaka yang berbentuk lingkaran bunga aneka warna berisi ayam jago atau masjid. Ayam jago menyimbolkan semangat keprajuritan, masjid merupakan semangat keislaman, dan bunga simbol persaudaraan. Bagian kedua gunungan itu terbuat dari roncean atau rangkaian ampyang atau kerupuk aneka warna berbahan baku tepung dan cucur atau kue tradisional berbahan baku campuran tepung terigu dan tepung. Ampyang melambangkan tameng atau perisai prajurit dan cucur lambang tekad manunggal atau persatuan. Adapun bagian ketiga atau bawah gunungan disebut ancak atau penopang. Ancak itu terdiri ancak atas yang menyimbolkan iman, ancak tengah simbol islam, dan ancak bawah simbol ikhsan atau kebaikan. Masyarakat Sukolilo mempercayai barangsiapa memperoleh salah satu dari bagian-bagian gunungan itu akan mendapatkan berkah sesuai dengan makna lambang-lambang itu, kata Ketua Panitia Grebeg Budaya Tradisi Meron Desa Sukolilo, Edy Purnomo. Tradisi Meron merupakan tradisi tahunan yang digelar masyarakat Desa Sukolilo setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi itu tumbuh sejak abad XVII. Waktu itu, Sukolilo masih kademangan di bawah Kasultanan Mataram di bawah perlindungan lima bersaudara yang kerap disebut pendawa Sukolilo, yaitu Sura Kadam, Sura Kerto, Sura Yuda, Sura Dimejo, dan Sura Nata. Sura Kadam merupakan salah satu abdi dalem Kasultanan Mataram. Dia menjadi penunjuk jalan sekaligus prajurit mata-mata Kasultanan Mataram ketika Bupati Pati, Wasisjoyokusuma, tidak mau tunduk kepada Kasultanan Mataram. Ketika pasukan Kasultanan Mataram sampai di Sukolilo, terjadilah pertempuran dengan prajurit Pati. Namun, pertempuran itu berakhir dengan damai berkat kepiawaian berdialog Sura Kadam dan empat tumenggung Kasultanan Mataram. Untuk merayakan kemenangan perdamaian itu, digelarlah Tradisi Meron yang berarti gunungan keprajuritan yang membawa pepadhang (penerang) persaudaraan dan perdamaian, kata tokoh masyarakat Desa Sukolilo, Ali Zyudi. Menurut Camat Sukolilo Sukismanto , Tradisi Meron diharapkan mampu memelihara semangat persaudaraan yang beberapa waktu lalu terinjak- injak akibat tawuran tetangga desa. Dia juga meminta semangat Tradisi Meron dihidupi warga agar penghargaan keberagaman selalu terjaga. Persaudaraan dan perdamaian sekarang ini mahal harganya. Peliharalah semangat itu dan wariskan kepada anak cucu, kata Sukismanto.

Asal-usul tradisi meron 

Pati dan Mataram mempunyai hubungan kekerabatan yang baik. Mereka sepakat mengembangkan Islam yang subur dan menentang setiap pengaruh kekuasaan asing. Banyak pendekar sakti mataram yang didatangkan ke Pati untuk melatih keprajuritan Karena itu mereka harus tinggal berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun di Pati.Ada seseorang bernama Ki Suta Kerta yang menjadi demang Sukolilo. Meskipun ayah dan kakeknya berasal dari Mataram dia belum pernah mengenal bumi leluhurnya. Tapi dia bersukur tinggal di Pesantenan karena kotanya juga makmur. Sebaliknya saudara Ki Suta yang bernama Sura Kadam ingin berbakti pada Mataram. Diapun pergi ke Mataram, ketika sedang bersiap menghadap Sultan, ada keributan. Ada seekor gajah mengamuk dan telah menewaskan penggembalanya. Sura Kadam pun berusaha mengatasi keadaan. Dia berhasil menjinakkan gajah dan menunggaginya, dia diangkat menjadi punggawa Mataram yang bertugas mengurus gajah. Suatu hari Sura Kadam bertugas memimpin pasukan Mataram menaklukkan Kadipaten Pati. Setelah perang usai Sura Kadam pun menjenguk sudaranya di kademangan Sukalilo. Demang Sura Kerta terkejut dan ketakutan. Dia takut ditangkap dan diringkus. Sura Kadam mengetahui hal itu dan menjelaskan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk menyambung tali persaudaraan dan dia sudah membaktikan diri pada Mataram. Dia minta ijin supaya para prajurit diijinkan menginap di kademangan Sukolilo sambil menunggu saat yang tepat untuk kembali ke Mataram, Sura Kadampun mengusulkan supaya mengadakan acara semacam sekaten untuk menghormatiMaulud Nabi dan memberi hiburan pada rakyat. Kemudian mereka membuat gelanggang keramaian seperti sekaten. Rakyat menyambutnya dengan gembira. Karena itulah keramaian itu disebut meron yang berasal dari bahasa jawa rame dan iron-tiron-tiruan.
Dalam arak-arakan acara tersebut, diiring beberapa gunungan yang sangat khas, karena terbagi menjadi tiga bagian.

  1. Bagian teratas adalah mustaka yang berbentuk lingkaran bunga aneka warna berisi ayam jago atau masjid] Ayam jago menyimbolkan semangat keprajuritan, masjid merupakan semangat keislaman, dan bunga simbol persaudaraan.
  2. Bagian kedua gunungan itu terbuat dari roncean atau rangkaian ampyang atau kerupuk aneka warna berbahan baku tepung dan cucur atau kue tradisional berbahan baku campuran tepung terigu dan tepung. Ampyang melambangkan tameng atau perisai prajurit dan cucur lambang tekad manunggal atau persatuan.
  3. Adapun bagian ketiga atau bawah gunungan disebut ancak atau penopang. Ancak itu terdiri ancak atas yang menyimbolkan iman, ancak tengah simbol islam, dan ancak ba wah simbol ikhsan atau kebaikan.


Jumat, 21 September 2018

ANALISIS PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN PADA FILM “DANGEROUS MIND”

Film Dangerous Mind merupakan sebuah film yang menceritakan semangat dan kegigihan seorang guru yang bekerja keras dalam menghadapi peserta didiknya. Dalam film tersebut di ceritakan tentang seorang yang baru berprofesi menjadi guru dan baru pertama kalinya mengajar di sekolah. Dia bernama Mrs. LouAnne Johnson. Sebelumnya ia adalah seorang mantan marinir yang kemudian mengajukan sebuah lamaran kepada satu sekolah untuk menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. Ketika mengajukan lamaran, pihak sekolah langsung menerimanya, karena guru sebelumnya telah mengundurkan diri. Seketika itu juga, Mrs. Johnson langsung mengajar di kelasnya tanpa mengenali karakter dari murid yang akan diajar. Tetapi kelas yang dia hadapi adalah kelas yang paling tidak tertib dan sulit untuk diatur di sekolahan itu. Hari pertama mengajar, dia langsung meninggalkan ruang kelasnya karena belum bisa mengendalikan peserta didiknya. Kemudian guru itu mulai mencari metode yang tepat untuk mengajar anak yang selalu mencari keributan di kelasnya itu. Hari berikutnya, Mrs. Johson mulai menggunakan pendekatan terhadap muridnya. Karena muridnya memiliki karakter yang suka keributan, maka pertama kalinya Mrs. Johson mengajarkan karate kepada siswanya. Dengan teknik itu, guru itu dapat mengambil perhatian muridnya, siswa merasa senang dan tertarik untuk belajar karate. Kemudian Mrs. Johson mengajarkan kata yang krja dalam sebuah kalimat. Oleh karena siswanya adalah siswa yang tidak disiplin, maka Mrs. Jhson menggunakan kata yang tidak lazim digunakan dalam pendidikan. Sehingga pada akhirnya dia dipanggil oleh kepala sekolah karena tidak sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Selanjutnya, Mrs. Johnson menggunakan pendekatan pengubahan tingkah laku (behavior modification) yang menganggap bahwa semua tingkah laku merupakan hasil belajar. Dia memberikan penguatan positif terhadap siswanya, penguatan positif yang diberikan adalah berupa penguatan sekunder bersyarat, seperti pujian dan memberikan hadian snack kepada siswanya yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Dari situ siswa mendapat sebuah stimulus dari seorang guru, kemudian siswa berusaha memberikan respons karena mendapat motivasi dari gurunya. Bahkan tidak hanya itu, penguatan yang diberikan tidak hanya berupa hadiah, tetapi juga diajak ke taman hiburan untuk bersenang-senang. Selain itu, pendekatan proses kelompok juga dilakukan oleh Mrs. Johnson. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas, kemudian ada hadiah untuk pemenangnya, tetapi yang lain dalam satu kelas juga sama diberikan hadiah, namun dalam bentuk barang yang berbeda. Banyak murid yang tertarik untuk mengerjakan tugas ini. Bahkan banyak orang tidak menyangka murid yang selalu ramai di kelas saat ini mau mengunjungi perpustakaan untuk meminjam buku. Menurut Saya, Pendekatan lain yang juga dilakukan oleh Mrs. Johnson adalah pendekatan evokasi. Pendekatan ini menekankan pada inisiatif siswa untuk mengekspresikan dirinya secara spontan yang didasarkan pada kebebasan dan kesempatan. Dalam hal ini seorang guru harus menciptakan kondisi yang kondusif. Dengan kondisi yang kondusif siswa akan merasa akan adanya “keterbukaan”, “persahabatan” sehingga memunculkan keberanian menyatakan apa yang menjadi pemikirannya. Misalnya saja ketika pembelajaran tentang puisi yang menggunakan liriknya Bob Dylan, siswa diberi kebebasan dan kesempatan untuk membacakan syair yang telah dibuatnya. Mereka saling bergantian membaca hasil tulisannya, karena diberikan kesempatan untuk mengekspresikan karya-karya mereka. Selain itu, ketika Mrs. Johnson membacakan puisi Dylan yang berisi “Aku tidak akan masuk ke tanah, karena ada yang bilang kematian akan datang”, dari syair ini kemudian seorang guru memberikan kesempatan kepada Emilio untuk mengartikannya. Emilio kurang sependapat dengan syair itu, karena ia berpendapat bahwa orang akan masuk tanah kalau sudah mati. Dari kondisi yang kondusif yang diciptakan oleh Mrs. Johson, siswa mempunyai keberanian menyatakan apa yang menjadi pemikirannya. Metode dan pendekatan-pendekatan tersebut ternyata mampu menakhlukan para murid. sehingga Mrs. johnson mampu mengendalikan keadaan di kelasnya. Permasalahan lainnya juga muncul dari latar belakang dalam keluarga dari setiap murid. Banyak murid yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dari segi ekonominya, sehingga ada beberapa siswa yang membolos untuk membantu orang tua. Namun Mrs. Johnson begitu perhatian kepada siswa-siswanya. Masalah lainya adalah masalah yang dialami oleh Callie Roberts, seorang gadis yang luar biasa cerdas dan mahir dalam berbahasa Inggris, tetapi dikeluarkan oleh pihak sekolahan pada pertengahan semester karena ia sedang hamil. Mrs. Johnson melakukan kunjungan ke rumah (Home Visit) Callie dan membujuknya agar dia mau ke sekolah lagi, karena keputusan mengeluarkan dia dari sekolah adalah bukan dari keputusan anggota dewan bersama. Hal ini menunjukan bahwa Mrs. Johnson juga melakukan pendekatan individu, dengan melakukan interaksi secara langsung kepada individu (siswa) mengenai permasalahan yang dihadapi oleh siswanya tersebut dan mencoba untuk membantu menyelesaikannya. Begitu juga ketika siswnya yang bernama Raul dan Emilio sedanga mengalami konflik, mereka berkelahi di sekolahan yang pada akhirnya Raul di skorsing oleh pihak sekolah. Mrs. Johnson melakukan kunjungan ke rumah Emilio dan Raul, melakukan pendekatan secara individu dan membantu menyelesaikan konflik yang mereka alami. Hal ini juga bisa dikatakan bahwa Mrs. Johnson juga menggunakan pendekatan iklim sosio emosional. Karena proses pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanya suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya. Konflik yang sama juga dialami Emilio dengan seorang preman di luar sekolah, Emilio terancam akan dibunuh, Mrs. Johson mencoba untuk memberikan bantuan. Namun ketika Emilio sedang tidak masuk kelas, Mrs. Johnson mendapat kabar bahwa Emilio telah tewas terbunuh. Kemudia pada akhir tahun Mrs. Johnson memutuskan untuk berhenti mengajar mereka, tetapi siswanya menolak dan tetap ingin diajar oleh Mrs. Johnson. Dari film Dangerous Mind ini, kita banyak belajar bagaimana menjadi guru yang kreatif, kerja keras, pintar dan tidak pernah putus asa. Selalu berusaha memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa. Dengan memahami karakteristik siswa, maka seorang guru akan lebih mudah dalam memilih metode yang akan digunakan. Dari penjelasan diatas, dapat kita tarik kesimpulan tentang bagaimana kita menerapkan metode mengajar yang cocok sesuai dengan karakter setiap murid kita, bagaimana kita mendapat perhatian dari setiap murid, dan perlunya komunikasi antara guru dengan murid dan komunikasi dengan masyarakat sekitar terutama keluarga atau orang tua murid.